1.PENCIPTA SENJATA TANPA MESIU
Berawal dari keprihatinannya atas keterbatasan persenjataan TNI, Miftah Yama Fauzan, siswa SMAN 1 Sidoarjo, mencoba untuk menciptakan senjata dengan operasional murah, tapi efektif.
Lewat proyeknya yang berjudul Development of Smart Electric Gun With Adaptive Bullet Speed, ia berhasil menggondol medali emas dalam International Conference of Young Scientist (ICYS) 2010 di Bali beberapa waktu lalu.
Bagaimana bisa murah dan efektif? Caranya, dengan meniadakan serbuk mesiu dalam pelontaran proyektil peluru. Sebagai penggantinya, Miftah menggunakan sistem elektromagnetik. Sistem ini dipadukan dengan mekanisme sensor jarak untuk menentukan kekuatan lontaran peluru.
Masalah yang sering dihadapi dalam melakukan penembakan seringkali adalah peluru yang tidak mencapai sasaran karena targetnya terlalu jauh saat menggunakan peluru kaliber kecil dan, sebaliknya, target hancur berantakan saat digunakan peluru kaliber besar dengan sasaran yang dekat.
Untuk itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengukur jarak sasaran. Miftah menggunakan sensor untuk electric gun. Sensor ini bekerja dengan menangkap pantulan sinar laser yang ditembakkan dari bawah laras senjata, informasi tentang jarak sasaran yang diterima sensor ini kemudian diterjemahkan untuk setting kumparan peluncur,. Di sini, peluncur peluru akan menyesuaikan daya dorongnya dengan jarak senjata ke target.
“Kekuatan lontaran peluru bisa kita sesuaikan, apakah untuk melumpuhkan saja atau mematikan. Semuanya tergantung pada kekuatan batere dan kapasitor. Untuk prototype ini saya gunakan batere 12 volt yang dikonversikan menjadi 300 volt dengan 6 kapasitor. Kalau mau lebih dahsyat lagi lontarannya, tinggal ditingkatkan spesifikasi batere dan kapasitor,” kata dia.
Dikatakan low cost gun karena memang biaya produksinya sangat murah. Untuk pengembangan senjata ini saja, Miftah hanya mengeluarkan kocek tak lebih dari 1 juta rupiah.
Berhasil mendapatkan emas di ICYS 2010, Miftah justru semakin bersemangat untuk menciptakan berbagai inovasi baru di bidang persenjataan. Obsesi yang ingin diraihnya ke depan adalah menciptakan elegtromagnetic jamming gun yang bisa mengacaukan sistem telekomunikasi dan deteksi radar.
“Kalau militer Amerika Serikat membuatnya dalam bentuk bom electromagnetic, saya tertarik untuk membuat prototype gun karena lebih mudah dibawa,” paparnya.
2.WIRAUSAHAWAN MUDA
Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.
Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar.
“Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini.
Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.
Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang.
“Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis
3.Penemu Rumus Matematika Kematian Jacko
Kematian Michael Jackson menggugah pelajar kelas I SMA Negeri 1 Bogor melakukan “investigasi”. Oki Novendra, sang pelajar, bahkan membuat teori. “Kalau menggunakan Demerol, kita bisa tahu berapa yang mengendap dalam darah dan menjadi penyebab serangan jantung,” katanya.
Dari hitung-hitungan matematika, Oki menyimpulkan kematian raja musik pop tahun lalu itu akibat overdosis obat-obatan. Teori Oki meyakinkan tim juri International Conference Young Scientists ke-17 di Sanur, Bali, Selasa lalu. Pelajar kelahiran 1993 ini menggondol medali emas dengan penelitian berjudul “Mathematical Explanation on the Death of Michael Jackson”. Selain Oki, ada enam medali emas lainnya yang digondol kontingen Indonesia (lihat boks).
Pengagum Jacko itu mengaku mendapat literatur pemodelan matematika yang dapat menghitung pengendapan obat dalam darah. Awalnya, penelitiannya hanya bisa menjelaskan efek samping Demerol yang dikonsumsi Jacko. Tapi kemudian dia mendapat rumus aman untuk menghitung dosis obat yang wajar dikonsumsi dalam darah.
Pelajar lain yang menggondol medali emas adalah Sonny Lazuardi, siswa SMA Negeri 5 Bandung. Dia membawakan penelitian berjudul “Portable Protection Everywhere”, penelitian antivirus khusus untuk flash disk. Dia tertarik menelitinya karena sampai saat ini belum ada antivirus khusus untuk USB tersebut. Padahal banyak orang menggunakannya.
Sebelum berkompetisi, tim Indonesia dilatih secara intensif sejak Januari 2010. Setiap bulan, tiga hari sekali mereka dikarantina di Bandung. Tujuannya menajamkan materi dan menguasai teknik penyampaian dalam bahasa Inggris.
“Pertanyaan juri sulit karena bahasa Inggrisnya beraksen Eropa Timur,” kata Sonny menyebut juri dari Rusia. Beruntung, tim pembimbing telah membekalinya sehingga Sonny, yang bercita-cita jadi ahli komputer, menggondol medali emas.
Apa hubungan kematian raja pop Michael Jackson dengan rumus matematika? Tanyakan saja kepada Oki Novendra, siswa kelas 1 SMAN 1 Bogor.
Kematian Jacko menarik perhatiaannya, sehingga ia melakukan uji karya ilmiah tentang kematian tragis penyanyi legendaris ini dalam perhitungan matematika. Uji karya itu dibeberkannya dalam ajang International Conference Young Scientists ke-17 di Grand Bali Beach, Sanur, Bali, Selasa 13 April 2010.
Dari hasil karyanya Oki dapat menyimpulkan bahwa penyebab kematian Michael Jakson tahun lalu lebih kuat disebabkan karena overdosis.
“Saya dapat literatur pemodelan matematika yang dapat menghitung pengendapan obat dalam darah, sehingga saya terpikir mencoba untuk mengambil sampel kasus Michael Jackson,” ujar Oki.
Siswa kelahiran 6 Oktober 1993 yang hobi bermain musik dan baseball ini mencoba mempresentasikan karyanya di depan juri untuk memperebutkan medali emas dan jaminan pendidikan yang dijanjikan pemerintah sebagai bentuk apresiasi atas prestasinya dalam olimpiade tingkat internasional ini.
“Manfaat yang saya peroleh dari penelitian ini awalnya hanya menjelaskan side effect obat Demerol yang dikonsumsi Michael Jackson, tapi kemudian saya mendapat rumus aman untuk menghitung dosis obat yang wajar dikonsumsi dalam darah,” jelasnya.
Oki berharap dirinya dapat menjadi ilmuwan muda yang mewakili Indonesia dalam Internasional Conference Young Scientists ke-17 ini serta dapat mengharumkan nama bangsa.
Bersyair di depan presiden
Abdurahman Faiz lahir di Jakarta, 15 November 1995, anak pertama dari pasangan Tomi Satryatomo (jurnalis televisi) dan Helvy Tiana Rosa (cerpenis). Ia telah menulis puisi sejak berusia 5 tahun. Namanya mulai dikenal publik ketika ia menjadi Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta (2003). Pertama kali Faiz tampil membacakan puisi-puisinya yang pada waktu itu belum dibukukan, adalah atas undangan Nurcholish Majid pada acara peluncuran buku beliau yang mengundang ratusan tokoh nasional. Saat kelas II SD puisi Faiz “Sahabatku Buku” menjadi juara Lomba Cipta Puisi Tingkat SD seluruh Indonesia yang diadakan Pusat Bahasa Depdiknas (2004).
Buku kumpulan puisi pertama Faiz Untuk Bunda Dan Dunia (DAR! Mizan, Januari 2004) terbit saat ia berusia 8 tahun dan diberi pengantar oleh Taufik Ismail. Buku tersebut meraih Anugerah Pena 2005 serta Buku Terpuji Adikarya IKAPI 2005. Sejak buku itu terbit Faiz kian sering diundang membacakan dan membicarakan karya-karyanya--- yang banyak mengetengahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan dan politik--- dalam berbagai forum, termasuk di hadapan Presiden Megawati Soekarno Putri, Presiden SBY, mantan presiden Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden Jusuf Kalla, sejumlah menteri dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Ia pun pernah diundang sebagai salah satu panelis Debat Capres di stasiun televisi swasta, pada pemilu lalu.
Buku keduanya: Guru Matahari (DAR! Mizan 2004), terbit saat ia masih berusia 8 tahun pula, diberi pengantar Agus R. Sarjono mendapat nominasi Khatulistiwa Literary Award 2005. Buku ketiganya: Aku Ini Puisi Cinta (DAR! Mizan 2005) membawanya meraih penghargaan Penulis Cilik Berprestasi dari Yayasan Taman Bacaan Indonesia (2005).
Buku keempat Faiz adalah kumpulan esai berjudul: Permen-Permen Cinta Untukmu (DAR! Mizan 2005). Karyanya juga terdapat dalam antologi bersama: Matahari Tak Pernah Sendiri (1 dan 2), Jendela Cinta (GIP 2005), dan Antologi Puisi untuk Yogyakarta (2006). Puisinya pernah dimuat di sejumlah koran nasional antara lain Kompas dan Republika. Tahun 2006 Faiz dinobatkan sebagai Anak Kreatif Indonesia versi Yayasan Cerdas Kreatif Indonesia yang dipimpin Kak Seto.
Bersama beberapa penulis cilik lainnya siswa SDIF Al Fikri-Depok ini menulis kumpulan cerpen Tangan-Tangan Mungil Melukis Langit (LPPH 2006), untuk membantu biaya sekolah bagi teman-teman kecil mereka yang tinggal di kolong jembatan tol. Buku terbaru Faiz: Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil, dikatapengantari oleh Sapardi Djoko Damono (LPPH, Juli 2007) dan Magic Cristal (Antologi bersama, DAR Mizan 2008), Faiz mendapat PKS Award tahun 2007 dan mendapat Anugerah Kebudayaan RI dari Presiden SBY tahun 2009.
Bangkit Indonesia
Lima siswa SMA Indonesia meraih prestasi membanggakan di ajang Olimpiade Fisika Internasional 2010. Mereka berhasil meraih empat medali emas dan satu perak. Latihan intensif membantu mereka mendapatkan rekor tertinggi prestasi Indonesia sejak 2006.
Lomba ini diikuti oleh 376 siswa dari 16 negara. Lima siswa SMA Indonesia ini dikirim melalui tim Olimpiade Fisika Indonesia, atau TOFI, setelah melalui training intensif selama delapan bulan.
Koordinator TOFI, Hendra Kwee, mengatakan prestasi yang diraih para siswa tahun ini dengan empat emas merupakan yang tertinggi sejak 2006.
"Dari 376 siswa, ada sekitar 35 anak yang mendapat medali emas. Lomba terdiri dari dua bagian, teori 60% dan eksperimen 40%. Dari tiga puluh lima anak yang mendapat emas, empat dari Indonesia dan yang terbanyak lainnya dengan lima emas dari Cina, Taiwan dan Thailand."
Latihan intensif
"Kami latihan soal dari Senin sampai Jumat dan hari Sabtu dan Minggu eksperimen dan begitu menjelang Olimpiade kami selalu latihan eksperimen," kata Muhammad Sohibul Maromi, salah seorang siswa yang mendapatkan medali emas dari SMAN 1 Pamekasan, Madura.
Sohibul, bersama Christian George Emor dari SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara, Kevin Soedyatmiko dari SMAN 12 Jakarta dan David Giovanni dari SMAK Penabur Gading, Serpong, meraih medali emas.
Sementara itu Ahmad Ataka Awwalur Rizqi dari SMAN 3 Yogyakarta mendapatkan perak dalam Olimpiade Fisika Internasional yang digelar di Zagreb, Kroatia, akhir Juli lalu.
"Soal teori yg berkesan adalah soal tentang fisika cerobong asap. Dengan konsep fisika yang sederhana, kita bisa menghitung tinggi minimum cerobong asap dan mendesain pembangkit listrik tenaga surya sederhana," kata Ataka dari SMS Yogyakarta.
"Soal eksperimen yang paling berkesan adalah soal tentang elastisitas plastik karena kita bisa menghitung modulus young plastic dengan alat-alat sederhana seperti gunting, selotip, dan timbangan," tambahnya.
"Selama di TOFI, saya menemukan “rumah” yang menyenangkan, teman-teman yang asyik, pembina yang akrab, juga buku-buku dan alumni yang banyak membantu persiapan saya. Semoga saja, saya bisa menginspirasi anak-anak Indonesia untuk terus berprestasi di olimpiade internasional," kata Ataka lagi.
Sementara Kevin Soedyatmiko mengatakan latihan panjang ini membantunya melatih untuk mandiri.
"Pelatihan yang panjang dan melelahkan, serta interaksi bersama teman dan para pelatih menjadi kenangan yang indah. Training ini sedikit banyak melatih kemandirian kita. Materi serta pembentukan pola pikir yang dilakukan sangat membantu saya saat menapaki tingkatan hidup yang berikutnya baik saat universitas maupun saat bekerja," kata Kevin yang ingin melanjutkan studi di universitas dalam bidang sains.
Kevin dan Christian George Emor dari Tomohon saat ini duduk di kelas tiga SMA, sementara Ataka, Sohibul, dan David telah mendapatkan beasiswa dari sebuah universitas negeri di Indonesia dan dari universitas di Singapura.
"Ini pengalaman yang mengubah hidup saya. Tidak hanya fisika yang kami dapat namun juga cara berpikir logis, selain juga kami dapat kesempatan bertukar pikiran dengan teman-teman dari belahan dunia lain," kata Emor.
Seleksi ketat
Kelima siswa Indonesia ini bisa sampai ke Olimpiade Fisika Internasional melalui proses seleksi ketat.
Mereka adalah siswa yang disaring dari pemenang Olimpiade Sains Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional.
"Setiap tahun ada seleksi dari tingkat kabupaten, biasanya bulan April, kemudian di tingkat provinsi dan yang lolos ke Olimpiade Sains Nasional. Pemenang kami training intensif, dari 30 kami kurangi menjadi 15, dan dari 15 menjadi delapan. Kami training empat bulan untuk Olimpiade Fisika Asia," kata Hendra Kwee.
"Lima siswa yang ikut di Kroatia adalah yang terbaik dari delapan siswa di saringan terakhir," tambahnya.
Indonesia mengikuti olimpiade fisika ini sejak tahun 1993 dan sejak tahun 2002 selalu mendapatkan emas. Tim Indonesia juga mendapat empat emas dalam olimpiade 2006.
Bangkit anak Indonesia!
sumberhttp://www.kaskus.us/showthread.php?t=10074728
0 Response to "Remaja-remaja tangguh dari Indonesia"
Posting Komentar